Penyempitan atau penyumbatan arteri adalah penyebab utama penyakit jantung koroner (PJK) dan dapat menimbulkan serangan jantung. PJK adalah penumpukan lemak sepanjang dinding dalam arteri koroner yang akan menghambat aliran darah dan mengurangi suplai oksigen ke jantung. Akibatnya akan terjadi angina (nyeri dada). Bila arteri sangat menyempit akan menimbulkan serangan jantung.
Menurut Dr. Pintoko Tedjokusumo, SpJP(K) dari RS Hsan Sadikin, Bandung, setelah dilakukan angioplasti atau pemasangan stent, arteri masih dapat menyempit atau tersumbat kembali di tempat yang sama. Kejadian itu dikenal sebagai restenosis. Drug eluting stent 9DES) dapat membantu membuka arteri sambil mengeluarkan obat yang dapat mencegah penyumbatan kembali ke tempat tersebut (restenosis).
Restenosis adalah penyempitan kembali atau penyumbatan kembali arteri di daerahyang telah dilakukan perawatan, baik dengan balonisasi (ballon angioplast) maupun dnegan pemasangan stent. Kemungkinan terjadinya restenosis pada pasien yang telah menjalani ballon angioplasty mencapai 50%. Selama prosedur angioplasti (kateterisasi) dapat sekaligus dilakukan pemasangan stent untuk membantu agar arteri tetap terbuka. Setelah pemasangan stent, sel-sel akan membentuk selubung alami di sekitar stent yang juga berfungsi untuk menahan stent pada tempatnya.
Pada beberapa kasus terjadi pertumbuhan sel yang terlalu besar. Hal ini ditengarai sebagi faktor utama terjadinya penyumbatan kemvali pada beberapa pasien. Kalau terjadi restenosis, gejala angina dapat muncul kembali dalam waktu empat sampai enam bulan setelah pemaangan stent. Jika restenosis terjadi di tempat stent dipasang, disebut in-stent restenosis. Angka kejadian in-stent restonosis pada penggunaan stent metal polos (tanpa lapisan obat) mencapai 33%.
Pasien yang telah menjalani ballon angioplasty atau pemsangan stent mempunyai risiko unutk mengalami restenosis. Pemasangan stent yang konvensional dapat menyebabkan pembengkakan dan pertumbuhan jaringan yang berlebihan pada dinding arteri. Pertumbuhan ini diduga menjadi penyebab utama restenosis. Pasien dengan diabetes juga mempunyai risiko lebih tinggi untuk terjadinya penyumbatan kembali karena kadar gula darah tinggi dapat menyumbat arteri. Meminimalkan restenosis dapat dilakukan dnegan DES yang mempunyai kandungan obat sirolimus yang dapat membatasi pertumbuhan sel yang berlebihan.
(Dokter Kita, edisi 9, September 2007)
Menurut Dr. Pintoko Tedjokusumo, SpJP(K) dari RS Hsan Sadikin, Bandung, setelah dilakukan angioplasti atau pemasangan stent, arteri masih dapat menyempit atau tersumbat kembali di tempat yang sama. Kejadian itu dikenal sebagai restenosis. Drug eluting stent 9DES) dapat membantu membuka arteri sambil mengeluarkan obat yang dapat mencegah penyumbatan kembali ke tempat tersebut (restenosis).
Restenosis adalah penyempitan kembali atau penyumbatan kembali arteri di daerahyang telah dilakukan perawatan, baik dengan balonisasi (ballon angioplast) maupun dnegan pemasangan stent. Kemungkinan terjadinya restenosis pada pasien yang telah menjalani ballon angioplasty mencapai 50%. Selama prosedur angioplasti (kateterisasi) dapat sekaligus dilakukan pemasangan stent untuk membantu agar arteri tetap terbuka. Setelah pemasangan stent, sel-sel akan membentuk selubung alami di sekitar stent yang juga berfungsi untuk menahan stent pada tempatnya.
Pada beberapa kasus terjadi pertumbuhan sel yang terlalu besar. Hal ini ditengarai sebagi faktor utama terjadinya penyumbatan kemvali pada beberapa pasien. Kalau terjadi restenosis, gejala angina dapat muncul kembali dalam waktu empat sampai enam bulan setelah pemaangan stent. Jika restenosis terjadi di tempat stent dipasang, disebut in-stent restenosis. Angka kejadian in-stent restonosis pada penggunaan stent metal polos (tanpa lapisan obat) mencapai 33%.
Pasien yang telah menjalani ballon angioplasty atau pemsangan stent mempunyai risiko unutk mengalami restenosis. Pemasangan stent yang konvensional dapat menyebabkan pembengkakan dan pertumbuhan jaringan yang berlebihan pada dinding arteri. Pertumbuhan ini diduga menjadi penyebab utama restenosis. Pasien dengan diabetes juga mempunyai risiko lebih tinggi untuk terjadinya penyumbatan kembali karena kadar gula darah tinggi dapat menyumbat arteri. Meminimalkan restenosis dapat dilakukan dnegan DES yang mempunyai kandungan obat sirolimus yang dapat membatasi pertumbuhan sel yang berlebihan.
(Dokter Kita, edisi 9, September 2007)
bog km bagus...
BalasHapuscerdas..
pinter..
nambah wawasan..
siip deh..